Tiga Langkah Pertamina di Tengah Galau Resesi

Ilustrasi Pertamina/Net
Ilustrasi Pertamina/Net

MENGENAI sebab resesi tidak perlu diulas lagi, namun yang jelas ekonomi dunia ditopang oleh rezim 1971 petrodolar system akan segera diahiri. Jadi ketika pokok pohon ini rapuh, maka yang lain dahan-dahan, rating dan daun akan ikut berguguran.

Bagaimana Pertamina menghadapi ini. Rekan bisnis sejenis perusahaan multinasional sudah lama tidak terlalu sibuk mencari minyak. Tetapi lebih disibukkan mencari uang. Hasilnya kapitalisasi aset besar, utang besar, ekapansi masif di seluruh dunia.

Pertamina sekarang mengambil langkah yang baru dengan tiga langkah penting mengikuti rekan rekannya. Adapun langkah teraebut adalah:

1. Meminimalisir kerugian dalam menjual BBM pada saat harga minyak tinggi, atau bahkan mengupayakan keuntungan dengan memanfaatkan harga minyak rendah. Ini membutuhkan kelihaian. Kalau tidak maka bisnisnya nol.

2. Aktif menerbitkan global bond atau surat utang global. Langkah ini terlihat sejak tahun 2018 lalu. Hampir setiap tahun Pertamina mendapatkan global bond yang besar. Termasuk perusahaan nasional yang paling aktif dan sukses penerbitkan surat utang dalam rangka mendapatkan uang.

3. Melakukan IPO atau initial public offering atau jika diartikan dalam Bahasa Indonesia, IPO adalah penawaran umum perdana saham. Tujuannya adalah untuk mencari uang yang banyak. Anak perusahaan Pertamina, yakni PGE telah melakukan IPO tahun ini, selanjutnya akan diikuti dengan IPO Pertamina Hulu Energi dengan taget perolehan uang yang banyak.

Ketiga langkah ini merupakan strategi menghadapi resesi global, resesi yang berujung pada gagal bayar utang.

Sebelumnya perusahaan nasional, yakni Garuda telah mengahadapi masalah ini terlebih dahulu. Garuda menangggung utang yang besar dan tidak mampu membayarnya. Sekarang resesi dihadapi oleh perusahaan dan pemerintah Amerika Serikat (AS) yang tidak mampu bayar utang. Mereka AS adalah pengendali sistem petrodolar.

Mengapa tiga strategi ini penting bagi Pertamina? Gonjang-ganjing dunia, terutama penurunan harga minyak yang akan terjadi tahun tahun mendatang akan menekan keungan perusahaan, terutama kemampuan dalam membayar utang jangka pendek.

Laporan keuangan Pertamina memperlihatkan utang perusahaan sekitar 50 miliar dolar atau Rp 750 triliun. Fitch rating menyatakan bahwa Pertamina harus membayar utang jangka pendek senilai 7,6 miliar dolar atau sekitar Rp 114 triliun.

Dengan tiga strategi di atas maka diharapkan Pertamina tahun ini bisa memperoleh global bond 2-3 miliar dolar, dari IPO PHE mendapatkan dana sebesar 1,9 miliar dolar AS dan keuntungan Pertamina sendiri sebesar 4 miliar dolar.

Ketiganya cukup untuk mengatasi kemelut resesi tahun 2023 dan tahun 2024. Masih ada sisa sedikit buat ditabung. 

Salamuddin Daeng

Penulis adalah Peneliti Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI)