Takjub dengan Sejarah Kota Demak, Ketua JMSI: Ini Kekayaan dan Khazanah Bangsa

Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Pusat, Teguh Santosa saat menjadi narasumber dalam acara ON AIR 104,8 FM Radio Suara Kota Wali, di Demak, Jawa Tengah, Senin sore, 18 Oktober/RMOL
Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Pusat, Teguh Santosa saat menjadi narasumber dalam acara ON AIR 104,8 FM Radio Suara Kota Wali, di Demak, Jawa Tengah, Senin sore, 18 Oktober/RMOL

Ketua Umum Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Pusat, Teguh Santosa menyambangi Kota Demak. Di sana Teguh berkesempatan menjajaki Masjid Demak yang kaya akan sejarahnya itu.


Tentu saja Teguh merasa bersyukur. Di mana ia bisa menyambangi kota yang terkenal akan wisata religi-nya yakni sebagai kota para wali songo.

Teguh bersama rekannya dipandu oleh Takmir Masjid Demak, mengunjungi makam Raden Patah yang adalah pendiri dan pemimpin pertama Kesultanan Demak dari tahun 1478/1500 hingga 1518, hingga ke makam Raja Brawijaya ke-5 yang juga ayah dari Raden Patah.

"Jadi, bagi saya pribadi perjalanan ke Masjid Demak tadi selain wisata religi, itu juga wisata sejarah yang buat saya pribadi luar biasa gitu ya," ujar Teguh saat menjadi narasumber dalam acara ON AIR 104,8 FM Radio Suara Kota Wali, Senin sore (18/10).

"Terus terang saya juga tidak menyangka akan menyaksikan makam yang begitu banyak, bahkan orang-orang yang selama ini kita temukan namanya di buku sejarah," sambungnya.

Teguh yang juga Dosen Hubungan Internasional UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu menemukan sejumlah informasi baru terkait sejarah saat berdiskusi dengan Takmir Masjid Demak. Antara lain mengenai peralihan kekuasaan kerajaan Hindu-Jawa dalam hal ini Majapahit ke kerajaan Islam Nusantara.

Pasalnya, dia juga membaca buku Pramoedya Ananta Toer tentang Arus Balik, sebuah kisah menarik tentang bagaimana Demak, Banten, dan kerajaan Aceh, bersatu untuk menghadapi Portugis yang sudah masuk ke Malaka (Makassar).

"Makanya tadi saya ada beberapa hal yang saya konfirmasi ke Pak Takmir, misalnya bagaimana tentang peralihan kekuasaan dari Majapahit ke Demak," tuturnya.

Selain Buku Pramoedya Ananta Toer, Teguh juga membaca buku Selamet Mulyana dengan judul runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan munculnya kerajaan Islam Nusantara, yang juga menceritakan sejarah Demak.

"Itu episodenya di situ. Antara berakhirnya Majapahit lalu ke Demak," sambungnya seperti dilansir Kantor Berita Politik RMOL.

Dari kedua buku yang dibaca tersebut, Teguh menggali gerilya Raden Fatah menyerang Majapahit dan melawan Bapaknya kepada Takmir Masji Demak. Alhasil,dia mendapat versi sejarah yang lain.

"Nah ini yang menarik," kata Teguh lagi.

Lebih lanjut, CEO RMOL Network ini menyampaikan kebahagiannya bisa berkunjung ke Kota Demak. Menurutnya, sebuah kebanggaan luar biasa bisa menjajaki kota bersejarah di Indonesia.

"Demak bersama kota-kota yang lainnya yang ada di Indonesia itu adalah kekayaan bangsa ini khazanah ya," demikian Teguh.