Sesuai Pesan Tan Malaka, "Idealisme Adalah Kemewahan Terakhir yang Dimiliki Pemuda"

Ilustrasi/Net
Ilustrasi/Net

Untuk kesemua rasa secara inderawi kemudian hadir rasa empati. Itulah awal kesadaran kalian sebagai avant garde perubahan, agen perubahan sosial.

Penggunaan diksi-diksi atas protes, kritik bahkan kemarahan jangan kalian risaukan. Gunakan bahasa apapun sebagai ekspresi kemarahan. Karena penguasa tidak akan pernah mendengar bahasa halus kalian. Kalian pun tak perlu terlalu pintar untuk berdebat dengan orang-orang jago di sekeliling istana itu.

Toh para pejuang Kemerdekaan bangsa ini banyak juga hanya bermodalkan pamflet dan selebaran yang mereka tempelkan di jalan-jalan. Para pejuang pun hanya bermodalkan bambu runcing dan bahkan mengisi badannya dengan ilmu kebal. Kalianlah pejuang-pejuang tak bernama.

Ali Syariati, Edward Said, juga Julian Benda dalam analisa sosial mereka menyebutkan; dalam struktur kekuasaan selalu ada Firaun, Qarun, Haman, dan Balam. Firaun adalah kekuasaan yang menindas (dalam pengertian yang seluas-luasnya), karena Firaun juga membangun infrastruktur dan proyek-proyek mercusuar (piramid dan sphinx) yang hingga hari ini masih berdiri.

Pemerintahan yang dipilih secara demokratis bukan berarti bebas kesalahan, selalu benar, tak boleh dikritik. Justru sebaliknya, pemerintahan sipil demokratis yang paling banyak berbuat kesalahan atas nama legitimasi mayoritas.

Plato dan Socrates sejak awal menolak demokrasi sebagai sebuah sistem yang bobrok karena hadir melalui penguasaan gerombolan-gerombolan pemilik akses dan previlege tanpa ideologi, kecuali di kepala dan perut mereka adalah profit maupun benefit ekonomi. Demokrasi tanpa penegakan hukum bukanlah demokrasi melainkan kekacauan, anarkis.

Pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat bukan saja terpenuhinya kebutuhan sekunder maupun primer. Tapi sejatinya demokrasi parameter utamanya adalah penegakkan hukum, keadilan hukum, dan perlindungan hukum.

Rakyat selalu bisa mengupayakan dan punya cara memenuhi kebutuhan mereka, namun lacurnya rakyat dipertontonkan kebobrokan penguasa dengan utang luar negeri yang ugal-ugalan yang diatasnamakan mereka dengan dalih demi kesejahteraan umum. Kekuasaan sekecil apapun membuat setiap orang terlena.

Tak perlu seangkuh Firaun untuk setara dengannya, cukup dengan banyak berbohong maka seorang penguasa sah sebagai figur tersebut. Berbohong itu tidak mesti dilakukan secara verbal. Antara janji dan pencapaian yang tak sesuai itu sejatinya kebohongan.

Setelah Firaun maka teman-teman lainnya adalah Qarun, kaum kaya raya yang selalu mendapatkan keuntungan dari kekuasaan Firaun bahkan selalu mendukung keputusan penguasa. Menteri-menterinya saudagar kuabeh.

Adapula Haman, intelektual, cerdik pandai yang menggunakan literatur apa saja demi kelanjutan kekuasaan itu. Dan Balam, kaum agamawan dengan segala otoritas dan teks teologis membenarkan kekuasaan yang korup.

Untuk itu, gugatan Julien Benda hadir dan mengatakan kritiknya pada kaum intelektual yang memposisikan diri mereka yang enggan berada digaris berhadapan secata diametral atau vis a vis dengan kekuasaan sebagai pengkhianatan intelektual, les trahison de clercs.

Sementara intelektual yang tak peduli dengan realitas sosial dan berdiam diri adalah intelektual menara gading. Jika dia menjual diri dan kepandaiannya dan mengabdi pada kekuasaan yang zalim dan tidak mengabdi untuk kemahashlatan rakyatnya sesungguhnya itulah Pelacur Intelektual.

Bahasa sederhana/eufimis yang digunakan WS Rendra sebagai sebagai Intelektual salon.

Adik-adik mahasiwa, yang saya banggakan.

Bernyanyilah kalian dengan makian-makian, gembirakan hati rakyatmu karena pembelaanmu atas kejumudan kaum agamawan, lacurnya intelektual, dan serakahnya kaum saudagar yang menopang rezim yang kalian anggap tak sesuai antara ucapan dan perbuatan.

Adik-adik Mahasiswa angkatan baru di manapun kalian berada.

Kalian tentu punya ukuran sendiri yang tak dapat kami angkatan tua 98 menggugatnya. Baju yang kami pakai dulu tak sesuai model atau kalian menyebutnya ootd. Terlalu usang cara dan model kami untuk kalian.

Adik-adik Mahasiswa Indonesia.

Kalian adalah tuan rumah di negeri ini. Kalian adalah pemilik sah rumah Indonesia. Jangan kalian mau berunding dengan maling. Karena tuan rumah tak akan berunding dengan maling.

Dan selalu waspada karena maling itu bisa saja tetangga bahkan saudaramu sendiri yang mengambil hakmu secara zalim.

Adik-adik Mahasiswa yang semoga kalian dalam perlindungan Tuhan Yang Maha Kuasa.

Rumah kalian adalah Indonesia yang bhinneka. Ibu pertiwimu sejak lama menangis sebagai mana pesan Ismail Marzuki, ambillah oleh kalian generasi baru pesan suci itu. Saatnya kalian menggantikan kami.

Angkatan 98 pernah ada, hanya sekadar menjatuhkan kekuasaan otoritarian namun tak mampu menjaga tanah air kalian yang subur dan kaya dari para perampok dan pencoleng.

Ku lihat ibu pertiwi

Sedang bersusah hati

Air matanya berlinang

Mas intannya terkenang

Hutan gunung sawah lautan

Simpanan kekayaan

Kini ibu sedang lara

Merintih dan berdoa

Kulihat ibu pertiwi

Kami datang berbakti

Lihatlah putra-putrimu

Menggembirakan ibu

Ibu kami tetap cinta

Putramu yang setia

Menjaga harta pusaka

Untuk nusa dan bangsa.

Selamat berjuang adik-adikku.

Usia sebagian sudah menggerogoti kami dengan sakit dan kemiskinan. Padahal dulu kami bergerak karena akan hadir pemerintahan yang mensejahterakan dan berkeadilan. Itulah perjuangan, terkadang dia memakan korban anaknya sendiri.

Saya akan berkenan hadir pada training-training aksi kalian jika dibutuhkan. Tidak untuk mengajari kalian. Tidak untuk mengkooptasi gerakan, tapi menjadi sinergi kekuatan angkatan kalian.

Bacalah beberapa buku:

Tugas Cendekiawan Muslim.

Teologi Pembebasan.

Indonesia Menggugat.

Jika kalian merasa sama dengan isi buku-bukuitu, Maka Bergeraklah.

Salam cinta untuk kalian adik-adikku.

Panjang umur Perjuangan.

Firman Tendry

Aktivis 98