PT BTL Tuai Kritikan Pekerjakan 56 TKA Asal China, Padahal Pengangguran Masih Tinggi

RMOLBengkulu. Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesa (SPSI) Kabupaten Lebong, Fery Safrizal, didampingi sekretaris, Hendera, menyesali kondisi di PT Bangun Tirta Lestari (BTL) yang beroperasi di daerahnya yang banyak mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (TKA) dan sedikit mempekerjakan masyarakat lokal.


RMOLBengkulu. Ketua Serikat Pekerja Seluruh Indonesa (SPSI) Kabupaten Lebong, Fery Safrizal, didampingi sekretaris, Hendera, menyesali kondisi di PT Bangun Tirta Lestari (BTL) yang beroperasi di daerahnya yang banyak mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (TKA) dan sedikit mempekerjakan masyarakat lokal.

Padahal, menurutnya perusahaan tersebut telah mengeruk dan mengambil sumber daya alam milik rakyat Kabupaten Lebong. Terlebih lagi, pengangguran di Lebong angkanya masih cukup tinggi.

"Tercatat 56 TKA asal China yang bekerja di PT BTL. Yang kita sesali karena TKA itu diduga bukan bekerja sebagai tenaga keahlian tetapi melakukan pekerjaan kasar atau non skill," ujar Fery kepada Rakyat Merdeka Online (RMOL) Bengkulu, Selasa (15/5).

Ia juga menambahkan, dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja (Permenakertrans) No. 12 Tahun 2013 tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA) disebutkan, TKA yang boleh bekerja di Indonesia harus memiliki sertifikat kompetensinya, sesuai pasal 26 Permenakertrans.

"Harusnya ini yang jadi perhatian kita. Walau itu perusahaan asing, khusus untuk pekerja Indonesia yang ada di perusahaan tersebut, harus berpihak lebih pada pekerja asal Lebong," pintanya.

Jika kondisi seperti sekarang terus terjadi, Kata Fery, dikhawatirkan bisa memicu disintegrasi. Sebab, jika mengacu dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Lebong tercatat  3.939 warga di Lebong berstatus penggangguran atau tidak mempunyai pekerjaan sama sekali.

Bahkan, banyak pengangguran tidak dapat mencari pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kehidupannya sendiri di tanah milik mereka.

"Saya minta pemerintah juga segera mencari langkah konkrit atas kondisi ini. Masa SDA kita sudah dikeruk tapi tidak berdampak signifikan pada daerah kita," demikian Fery. [ogi]