Proyek Irigasi Tak Kunjung Selesai, Petani Terancam Krisis Air

Saluran BK Ketahun mengalami kekeringan, Senin (12/7) kemarin/RMOLBengkulu
Saluran BK Ketahun mengalami kekeringan, Senin (12/7) kemarin/RMOLBengkulu

Proyek bendungan alias dam dan saluran irigasi BK Ketahun yang dipusatkan di Desa Pungguk Pedaro Kecamatan Bingin Kuning, Kabupaten Lebong, hingga saat ini tak kunjung selesai.


Semula, dilaksanakan dua tahun anggaran (TA) yang dimulai pada bulan September 2020 sampai dengan bulan Juli 2021, lalu diputuskan untuk memperpanjang waktu pengeringan dipastikan berdampak langsung terhadap musim tanam dan nasib petani di daerah itu.

Bagaimana tidak? Ada ribuan petani yang menggantungkan nasib dan hidupnya dari ribuan hektar sawah yang mengandalkan pengairan dari saluran irigasi tersebut. Meliputi Kecamatan Bingin Kuning, Lebong Sakti, Lebong Tengah, Amen, dan Kecamatan Lebong Utara. Jika terus dikeringkan, maka petani tak bisa turun tanam. 

Tak menanam sama artinya terancam tak makan. Bahkan Lebong bisa terancam krisis pangan karena ribuan hektar lahan sawah yang tak terairi ini merupakan lumbung padi bumi Swarang Patang Stumang.

Para petani yang sempat mengeluh kondisi itu, langsung melaporkan ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Lebong. Ketua Komisi III, Rama Chandra bersama anggota DPRD Lebong lainnya, yakni Rinto Putra Cahyo, langsung mendatangi lokasi pekerjaaan PT Promix Prima Karya guna mencari solusi atas keluhan para petani itu.

"Kita sudah sampaikan ke rekanan untuk ditindaklanjuti. Kita minta ada solusi, agar air bisa dialiri dan tidak juga menganggu kegiatan pekerjaan irgasi demi kepentingan masyarakat," ujarnya, Selasa (13/7).

Lokasi pembangunan dam tampak dikeringkan

Sementara itu, perwakilan PT Promix Prima Jaya, Heru menambahkan, pihaknya akan mengupayakan saluran air mengalir mencapai 50 persen mengingat ada pekerjaan lantai yang belum tuntas.

“Maka itu kita perlu membangun komunikasi, agar pekerjaan kita cepat selesai dan juga kondisi saat ini air yang bisa kita dialirkan belum normal paling 50 persen, untuk itu pentingnya membangun komunikasi kepada masyarakat untuk bisa menentukan buka tutup air,” ucapnya.

Selanjutnya, perwakilan para petani yang tergabung dalam kelompok perikanan (Pokdakan Berkembang), yakni Mitra Naibaho meminta pihak perusahaan untuk segera berupaya membagi air ke aliran sawah dan kolam di di Kecamatan Lebong Sakti.

"Saya yakin bahwa pembanguan proyek saluran itu bisa berfikir bagiamana agar air dapat dialiri dengan membangun dam pembatas aliran air dengan lokasi pengerjaan saluran tersebut. Tapi, apabila tidak dibuat dam di tengah saluran tersebut maka air akan kecil dapat masuk ke irigasi lahan pertanian, dan semakin ke hilir pun air tidak mengalir lagi hingga terjadi kekeringan," jelasnya.

Di sisi lain, ia pesimis air akan dialiri 50 persen seperti air normal. Sebab, saat ini air dilokasi tersebut akan dikeringkan secara total.

"Ini saya anggap sebagai dalih pihak perusahaan. Kalau memang iya saya harap bisa mnjelaskan lebih akurat dan detail secara perhitungan ahli," pungkas Mitra.

Ia juga meminta pemerintah daerah segera bersikap sebelum memasuki musim tanam. Terlebih lagi, para petani di lima kecamatan di daerah itu sangat bergantung pada saluran air tersebut.

"Walaupun ada surat pemberitahuan sekalipun bukan solusi. Kita juga sama-sama tahu kalau saluran BK ini sumber air sawah para petani. Kalaupun dibiarkan terus begini, maka tahun ini terancam tidak turun tanam," tutupnya.

Pekerjaaan irigasi diduga asal bangun tanpa melihat dampak saluran air milik petani