Prakiraan BMKG, Oktober Hingga Februari 2023 Fenomena La Nina

Diskusi Balkoters bertajuk ‘Musim Hujan dan Keselamatan Warga’ di Hotel Novotel, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (27/10)/Ist
Diskusi Balkoters bertajuk ‘Musim Hujan dan Keselamatan Warga’ di Hotel Novotel, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (27/10)/Ist

Menghadapi musim hujan pada akhir Oktober 2022 hingga Februari 2023 sebagai fenomena La Nina, berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) DKI Jakarta telah menyiapkan langkah mitigasi untuk menghadapi bencana banjir.


Kepala BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji mengatakan, langkah mitigasi ini melibatkan berbagai organisasi perangkat daerah (OPD) di DKI Jakarta, termasuk lintas sektor di lembaga vertikal.

Mulai dari Dinas Sumber Daya Air (SDA), Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan, BMKG dan sebagainya.

Untuk Dinas SDA fokus pada pembuatan waduk, situ dan embung sebagai tempat penampungan air hujan. Di sisi lain, SDA juga melakukan pengerukan terhadap sungai, waduk, situ dan saluran air yang sudah eksisting saat ini.

“Petugas juga melakukan pengecekan dan perawatan pompa air, termasuk penyiapan pompa mobile untuk mempermudah penyedotan air jika terjadi bencana banjir atau genangan,” kata Isnawa saat diskusi Balkoters bertajuk ‘Musim Hujan dan Keselamatan Warga’ di Hotel Novotel, Cikini, Jakarta Pusat, Kamis (27/10).

Turut hadir Senior Manager Komunikasi dan Umum PLN Unit Induk Distribusi Jakarta Raya Kemas Abdul Gaffur; Ketua PWNU DKI Jakarta Samsul Ma'arif; dan Direktur Eksekutif Studi Perkotaan Nirwana Joga.

Isnawa melanjutkan, untuk langkah mitigasi berikutnya adalah pendistribusian sarana dan prasarana penanggulangan banjir di tempat-tempat rawan bencana. Pihaknya juga rutin mengkaji rencana kontingensi bencana banjir.

“Kami juga melakukan apel siaga untuk pengecekan kekuatan sumber daya, kemudian melakukan simulasi gabungan penanganan bencana banjir dan pemetaan terhadap sumber daya (instansi/lembaga),” kata Isnawa.

Berdasarkan informasi dari BMKG, lanjut dia, Indonesia menjadi titik pertemuan antara cuaca dari arah utara dan selatan. Dampaknya, akan terjadi peningkatan curah hujan di berbagai wilayah Indonesia termasuk di DKI Jakarta.

“Kalau di Jakarta itu yang paling sering hujan adalah Jakarta Selatan, Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Sedangkan wilayah Jakarta Pusat dan Jakarta Utara kecenderungannya lebih sedikit dari wilayah lainnya,” kata Isnawa.

Dari data yang dia punya, tercatat ada 25 kelurahan dari total 267 kelurahan yang teridentifikasi rawan bencana, terutama banjir. Lokasi itu paling banyak yang bersinggungan dengan kali dan sungai dari kawasan hulu ke hilir.

Adapun 25 kelurahan itu tersebar di berbagai wilayah kota administrasi di Provinsi DKI Jakarta. Seperti di Jakarta Barat di wilayah Rawa Buaya dan Kembangan, kemudian Jakarta Selatan di Kelurahan Cipeter, Pejaten Timur, Cipulir dan sebagainya.

“Sebenarnya itu paling banyak di wilayah-wilayah yang berada di bantaran kali, seperti di Kawasan Pondok Karya Kemang, itu kan banjir disebabkan oleh Kali Mampang dan sudah masuk dalam program Dinas SDA untuk melakukan optimalisasi (pengerukan) di sana,” kata Isnawa.

“Jadi, kita mengalami kondisi apabila di kawasan hulu atau di Depok dan Bogor mengalami hujan lebat, pasti akan terdorong airnya ke Jakarta. Di tambah di Jakarta juga hujan, jadi kita mengalami dua sumber (hujan) yang akhirnya banyak sekali menyebabkan titik-titk genangan,” lanjutnya.

Untuk mempercepat informasi kepada masyarakat, Isnawa juga memanfaatkan aplikasi grup WhatsApp soal tinggi muka air (TMA) terbaru dan menyebarkan di sosial media milik Pemprov DKI Jakarta. Penyebaran informasi peringatan dini banjir ini juga diperkuat melalui SMS broadcast dengan melibatkan Kementerian Kominfo dan penyedia jaringan telepon.

“Kami juga menyiapkan dan mengecek sistem peringatan dini banjir dengan menggandeng BMKG, memantau pasang surut air laut dan pemantauan pintu air sungai hulu,” kata Isnawa.

Sementara untuk personel, BPBD DKI Jakarta mengerahkan 267 petugas untuk mengantisipasi bencana saat musim hujan. Jumlah itu di luar dari petugas yang ada di wilayah-wilayah maupun organisasi perangkat daerah (OPD) teknis lainnya.

“BPBD DKI memiliki sebanyak 267 orang petugas penanganan bencana atau yang biasa dikenal dengan Tim Reaksi Cepat (TRC) yang telah disiagakan di seluruh kelurahan yang ada di Jakarta dalam mengantisipasi bencana yang dapat ditimbulkan akibat cuaca ekstrem, seperti banjir ataupun tanah longsor,” kata Isnawa.