Penggunaan teknologi dalam Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia sedianya diperlukan dalam rangka melakukan pembenahan kepemiluan.
- PDIP Tetap Syaratkan Capres untuk Berkoalisi
- Ini Dia Komisioner KPU Prov Terpilih
- Wajar, Gatot Cium Tangan SBY
Baca Juga
Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) memandang, penggunaan teknologi dalam pemilihan tak semata-mata mudah dilaksanakan di Indonesia.
Anggota Dewan Pembina Perludem, Titi Anggraini menjelaskan, Digitalisasi Pemilu harus diiringi dengan komitmen yang sifatnya membebaskan pemilih dari kebohongan, pengaruh yang menyesatkan, dan tekanan.
Titi menekankan hal tersebut saat menjadi narasumber dalam webinar bertajuk "Proyeksi Politik 2024: Strategi Baru Politik Elektoral Pemenangan Pilpres dan Pileg, dengan Artificial Intelligen, Big Data, dan Blockchain di Indonesia" pada Rabu sore (1/12).
"Pemilu Indonesia dan teknologi. Diantara banyak karakter unik Pemilu Indonesia yang memerlukan pembenahan," kata Titi.
Titi mencontohkan, Pemilu di Indonesia dikenal sebagai satu-satunya negara di dunia yang menggelar Pemilu Serentak hanya dalam satu hari, dengan segala bentuk kompleksitasnya. Menurutnya, ini mengalahkan India, bahkan Amerika Serikat.
Selain itu, Indonesia juga dikenal sebagai The Most Complex Election System in The World atau sistem Pemilu paling rumit di dunia.
"Kita juga dikenal sebagai Pemilu yang rekapitulasi suaranya paling lama di dunia, 35 hari jeda antara pemungutan suara dilakukan sampai dengan pengumuman hasil rekapitulasi suara akhir oleh penyelenggara pemilu. Tentu peran teknologi menjadi strategis di situ," demikian Titi. dilansir RMOL.ID. [ogi]
- Pemerintah Kuatkan Ketahanan Pangan Sekaligus Tingkatkan Kesejahteraan Petani
- Yusril Yakin Putusan PN Jakpus Tunda Pemilu Bakal Sulit Dieksekusi
- Kemendagri Catat 6 Provinsi Paling Rawan