Ada sindrom pascakekuasaan atau post power syndrome yang disinyalir sedang dialami sejumlah mantan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
- Ketum JMSI Ingatkan Jangan Sampai UU Pers Dimanfaatkan
- Kakanwil Kemenkumham Bengkulu Bersama Pemkab Benteng Siap Majukan Daerah
- Aplikasi Haji Pintar 2018 Sudah Tersedia
Baca Juga
Pandangan tersebut disampaikan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden, Ali Mochtar Ngabalin mengkritisi sikap para mantan pimpinan KPK yang berdemonstrasi di depan Gedung Merah Putih KPK pada Senin lalu (10/4).
Mulai dari Abraham Samad, Bambang Widjojanto, Saut Situmorang, hingga mantan pegawai KPK, Novel Baswedan menggelar demo menuntut Firli Bahuri mundur dari kursi Ketua KPK.
"Saya bilang ini post power syndrome," ujar Ali Ngabalin dikutip Kantor Berita Politik RMOL, Jumat (14/4).
Bagi Ngabalin, tindakan turun ke jalan yang dilakukan Abraham Samad Cs tidak patut dilakukan. Jika ingin memperbaiki KPK, kata dia, maka para mantan pimpinan lembaga antirasuah memberi masukan kepada pimpinan saat ini, bukan malah meminta mundur.
"Kalau ini kan (demo) caranya membuat gaduh di ruang publik," tutupnya.
- Menkeu Ungkap 4 Perusahaan dan 2 Orang Terlibat TPPU Rp 18,7 Triliun
- Layani Kesehatan Pemudik, 2.700 Petugas Medis Disebar
- Jibom Lampung Ledakkan Benda Mencurigakan, Isinya....