Nujuh Likur Adat Suku Pasma Yang Hampir Musnah Di Kaur

RMOLBengkulu. Nujuh Likur (Menyambut malam ke 27 Ramadhan) dilakukan di setiap bulan ramadhan yang hitungan di 10 malam terhakir yang dilakukan setiap di bulan suci ramadhan.


RMOLBengkulu. Nujuh Likur (Menyambut malam ke 27 Ramadhan) dilakukan di setiap bulan ramadhan yang hitungan di 10 malam terhakir yang dilakukan setiap di bulan suci ramadhan.

Menariknya, dalam penyambutan tersebut, ditandai dengan membakar tempurung kelapa yang sudah kering. Dengan cara ditusuk dan disusun seperti tusuk sate.

Tapi sangat disayangkan karena di Padang Guci Kecamatan Kaur Utara, adat ini sudah banyak dilupakan di jaman modern kini, seperti Disampaikan Sesepuh tokoh masyarakat yang sudah berumur 90 tahun, Ersan, Kepada RMOLBengkulu, Senin (11/6).

"Kebudayaan suku pasma yang yang tak pernah luput dari ingatan dan tak akan dipunahkan kata sesepuh toko masyarakat, Ersan."

Lanjut Ersan "Banyak orang kita melupakan Nujuh Likur sedangkan artinya Nujuh Likur itu merupakan turunnya Kitab Ayat suci Al-Quran yang diperingati oleh umat Islam di seluruh dunia," lanjutnya

Disisi lain Lembaga adat Kaur Utara (Laku) dan Badan Musyawarah adat (BMA), Mirwan, sangat perihatin dengan sudah dilupakannya adat turun menurun dari nenek moyang ini.

"Sangat memperihatinkan, padahal ini adat yang turun menurun dari nenek moyang kita dulu, dan ciri khas adat suku pasma pada umumnya, mungkin karena di jaman modern yang serba canggih ini merupakan penyebab pemusnah adat yang akan seolah olah ditelan kemajuan jaman" ucap Mirwan

"Inikan Nujuh Likur, mengartikan turunya ayat suci Al-Quran, karna adat ini dilakukan di bulan suci ramadan dan waktu turun kitab suci Al-Quran, ini benar-benar memperatinkan, karena terciptanya adat ini sejak dijaman masuknya islam di Kabupaten Kaur di perkirakan sudah 250 tahun yang silam." demikian Mirwan. [ogi/ypb]