Napak Tilas Rumah Fatmawati, Menteri PPPA: Rumah Ini Saksi Bisu Kecintaan Fatmawati terhadap Indonesia

Foto/Repro
Foto/Repro

Menteri PPPA RI I Gusti Ayu Bintang Darmawati Puspayoga didampingi Ketua TP PKK Provinsi Bengkulu Derta Rohidin napak tilas rumah Ibu Agung Fatmawati Soekarno di Jalan Fatmawati, Kelurahan Penurunan, Kecamatan Ratu Samban, Kota Bengkulu pada Rabu (21/12).


Turut ikut serta Menteri PPPA RI periode 2014-2019 Yohana Yembise dan Puti Guntur Soekarno (cucu Soekarno dan Fatmawati) napak tilas perjuangan Fatmawati sekaligus menyalurkan bantuan sosial untuk masyarakat di depan rumah peninggalan keluarga Fatmawati.

I Gusti Ayu Bintang Puspayoga mengungkapkan rasa kagumnya pada Provinsi Bengkulu, yang memiliki sejarah panjang dalam terwujudnya kemerdekaan Indonesia. Di mana di awal perjuangan kemerdekaan, Bengkulu menjadi tempat pengasingan Bunga Karno (1939-1942). 

"Di tempat inilah Sang Saka Merah Putih dijahit untuk pertama kalinya oleh Ibu agung Fatmawati dengan menggunakan mesin jahit manual. Rumah ini adalah saksi bisu kecintaan Fatmawati terhadap Indonesia," ujar I Gusti.

Lebih lanjut, peran besar dan jasa dari Fatmawati Soekarno dalam mengantarkan kemerdekaan bangsa Indonesia tak hanya sekedar membantu menjahitkan dua helai kain semata, namun juga melahirkan identitas bangsa Indonesia dan merajut nusantara dalam kesatuan melalui Sang Saka Merah Putih.

"Perjuangan Ibu Fatmawati, termasuk juga perjuangan para pahlawan perempuan di masa lalu merupakan hal yang perlu diteladani bersama. Kunjungan ini diharapkan dapat menjadi wadah refleksi kita bersama terkait perjuangan para perempuan dalam merebut kemerdekaan serta pergerakan perempuan dalam memperjuangkan haknya dari masa ke masa," ungkapnya.

Sementara itu, Cucu dari Fatmawati Soekarno, Puti Guntur Soekarno menyambut kunjungan Menteri PPPA dan menyampaikan rasa bangga atas terselenggaranya rangkaian PHI ke 94 di Provinsi Bengkulu.

Puti menyampaikan bahwa Bengkulu merupakan provinsi yang menorehkan sejarah kental atas perjuangan Presiden Soekarno dalam menghantarkan kemerdekaan Indonesia. Soekarno diasingkan di Bengkulu dan bertemu dengan gadis asal Bengkulu, Fatmawati Soekarno.

“Pada masa itu, di mana pengibaran bendera sebagai identitas negara masih tabu, alam pikiran dan situasi kebatinan akan kecintaan serta harapan terhadap kemerdekaan Indonesia, Ibu Fatmawati bergerak meraih jarum dan benang kemudian menjahit Sang Saka Merah Putih yang kelak dikibarkan di Pegangsaan Timur pada 17 Agustus 1945," tambahnya.

"Ibu Fatmawati merupakan sosok perempuan yang mewakili citra perempuan Indonesia kini. Berani, visioner, dan cinta tanah air. Oleh karena itu, kita perempuan Indonesia harus terus memperjuangkan dan meneladani semangat dari Ibu Fatmawati,” pungkas Puti.