Muhammadiyah Perlu Dirikan Pusat Dakwah Generasi Milenial

RMOLBengkulu. Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah dinilai perlu mengembangkan pusat dakwah untuk segmen generasi milenial. Pengembangan ini mendesak karena tingginya aktivitas warganet dan semakin bertambahnya jumlah pengguna internet di Indonesia berdampak pada perubahan pola interaksi antara masyarakat dan para dai.


RMOLBengkulu. Muhammadiyah sebagai organisasi dakwah dinilai perlu mengembangkan pusat dakwah untuk segmen generasi milenial. Pengembangan ini mendesak karena tingginya aktivitas warganet dan semakin bertambahnya jumlah pengguna internet di Indonesia berdampak pada perubahan pola interaksi antara masyarakat dan para dai.

"Organisasi keagamaan seperti Muhammadiyah perlu meredisain strategi dakwahnya berbasis digital untuk segmen generasi milenial," kata pakar media UIN Sunan Kalijaga, Iswandi Syahputran pada acara Pengajian Ramadhan PP Muhammadiyah, di Kampus UMY Yogyakarta, Jumat (25/5).

Survei yang dilakukan Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) menunjukkan, setiap tahun pengguna internet terus meningkat. Saat ini pengguna internet sudah mencapai 143 juta atau 54 persen dari total penduduk Indonesia. Padahal tahun sebelumnya 132 juta. Dari jumlah tersebut rata-rata menghabiskan waktu untuk menggunakan internet tiga jam sehari. Selanjutnya 89 persen waktu tersebut digunakan untuk chating dan beraktivitas di media sosial.

Dijelaskannya, dalam sektor keagamaan, tingginya aktivitas warganet di media sosial dan besarnya pengguna internet pada era milenial tersebut dapat berdampak terjadinya penyimpangan pemahaman keagamaan seseorang.

"Genarasi milenial ini dapat ditandai dengan pola pikir merasa punya hak lebih tahu, suka dengan jalan pintas dan serba tertarik dengan segala hal yang viral. Dengan mudah mereka bisa menemukan apa saja prihal agama yang ingin mereka ketahui melalui internet. Padahal, konten keagamaan di internet tidak sepenuhnya mengajarkan Islam yang rahmatan lil 'alamin. Internet juga sering dipakai untuk menyebarkan ideologi tertentu berkedok agama. Dari sinilah mulai penyimpangan keagamaan itu terjadi. Jika dibiarkan, ini dapat mengarah pada berkembangnya paham radikalisme bahkan terorisme," papar Iswandi.

Karena itu jelasnya, media sosial dan internet menjadi ruang yang sangat terbuka untuk memperdebatkan, membenturkan, mempermainkan bahkan menghina ajaran keagamaan.

"Ini menjelaskan mengapa ajaran Islam sering mendapat pelecehan di internet. Ada jarak dan proses pemahaman atau pengetahuan keagamaan yang kosong dan tidak diisi oleh dakwah untuk kalangan mileneal berbasis internet atau media sosial tersebut," tutup Iswandi.

Pengajian Ramadhan yang diselenggarakan oleh PP Muhammadiyah tersebut berlangsung selama tiga hari sejak Kamis (24/5) hingga Sabtu (26/5). Pengajian dihadiri oleh sekitar 400 peserta dari seluruh Pengurus Wilayah Muhammadiyah se Indonesia dan utusan berbagai lembaga Muhammadiyah. dikutip Kantor Berita Politik RMOL. [ogi]