Merawat Harapan, Kehidupan Manggrove Untuk Perubahan Iklim

Banyak orang menanamkan harapannya pada kehidupan manggrove. Ada harapan pada setiap batang manggrove yang ditanam. Meski butuh puluhan tahun kedepan untuk menyemai manfaatnya. Aksi penanaman manggrove di kota Bengkulu, hampir setiap tahun nya diadakan.


Banyak orang menanamkan harapannya pada kehidupan manggrove. Ada harapan pada setiap batang manggrove yang ditanam. Meski butuh puluhan tahun kedepan untuk menyemai manfaatnya. Aksi penanaman manggrove di kota Bengkulu, hampir setiap tahun nya diadakan.

Pada hari bumi atau hari lingkungan hidup, atau kah hari-hari penting bagi mahasiswa, pemerintahan, dan lembaga lainnya. Sebagai wilayah pesisir, ekosistem manggrove (bakau) bagi kota Bengkulu memang memiliki peranan yang sangat penting. Secara fisik tanaman manggrove memiliki fungsi mitigasi bencana, sebagai peredam gelombang, melindungi pantai dari abrasi, gelombang air pasang, ataupun tsunami.

Tidak terlalu luas wilayah ekosistem manggrove di kota Bengkulu, hanya 214,62 ha, berada di Muara sungai Jenggalu dan pesisir pantai. Berdasarkan tingkat kerapatannya, manggrove di kota Bengkulu, dengan kerapatan sedang-tinggi sekitar 136,67 hektare sedangkan yang kerapatan rendah sekitar 77,95 hektare (Senoadji dan Hidayat,2016).

Selain tidak terlalu luas, tingkat kerusakan ekosistem manggrove ini pun tinggi. Hal ini dikarenakan 98,30 hektare ekosistem manggrove ini berada di wilayah Areal Peruntukan Lain (APL), sedangkan 116,24 hektarenya berada di kawasan hutan.

Kondisi ini menyebabkan alih fungsi ekosistem manggrove menjadi kebun sawit, tambak udang, atau lahan pertanian lainnya pun sering terjadi. Selama setengah abad terakhir luas kawasan mangrove terus menurun sekitar 30-50 persen (Donato dkk, 2012).

Rata-rata kualitas manggrove yang berada dikawasan hutan lebih terjaga. Selama ini pengetahuan kita akan ekosistem manggrove hanya sebatas fungsi fisiknya. Jauh dari itu, ternyata ekosistem manggrove memiliki peranan yang penting bagi perubahan iklim.

DosenKehutanan Universitas Bengkulu, Gunggung Senoadji dalam penelitiannya yang berjudul Peranan Ekosistem Mangrove di Pesisir Kota Bengkulu Dalam Mitigasi Pemanasan Global Melalui Penyimpanan Karbon (2016) 1 mengungkapkan , tegakan manggrove yang berkerapatan sedang tinggi memiliki karbon tersimpan sebesar 18,53 ton/ha. Dengan kata lain, dari seluruh jumlah luasan manggrove dengan jenis kerapan tinggi, terdapat 2.532,50 ton karbon tersimpan.

Bisa dibayangkan jika ekosistem manggrove ini terus-menerus mengalami alih fungsi atau kerusakan lainnya, berapa ribu ton karbon yang seharusnya dapat diserap dan disimpan, kemudian harus dilepaskan.

Hal ini akan memberikan sumbangan cukup besar terhadap pemanasan global dan perubahan iklim.

Merawat Harapan Dengan Menanam

Tidak rela jika ekosistem manggrove terus mengalami pengerusakan, sekelompok anak muda yang tergabung dalam Komunitas Manggrove Bengkulu melakukan kegiatan penanaman serta penyulaman manggrove di wilayah ekosistem manggrove yang kritis.

Empat tahun sudah, sejak 2013 yang lalu mereka mendeklarasikan diri dalam komunitas itu untuk peduli terhadap keselamatan ekosistem manggrove Bengkulu.

"Selama ini belum ada komunitas yang 1 Penghitungan jumlah karbon tersimpan dalam penelitian yang dilakukan oleh Gunggung Sedoadji dan Muhammad Fajrin Hidayat menggunakan pendekatan Krisnawati dkk (2012) dengan menghitung biomassa atas permukaan tanah dan biomassa bawah permukaan tanah. Penelitian dipublikasikan di Jurnal MANUSIA DAN LINGKUNGAN, Vol. 23, No. 3, September 2016: 327-333. Fokus mendedikasikan diri dalam penyelamatan manggrove. Padahal kerusakan nya kian hari kian meningkat. Menggrove bukan sebatas tegakan-tegakan pohon yang menghiasi wilayah pesisir saja, tetapi lebih dari itu, hutan mangrove ini sangat besar baik ekologi,ekonomi maupaun untuk mitigasi bencana. Maka dari itu, kami mengorganisir diri dan membentuk Komunitas Manggrove Bengkulu" tutur Wawan, mahasiswa Kehutanan Universitas Bengkulu, juga salah satu anggota Komunitas Manggrove Bengkulu.

Sampai saat ini mereka bersama-sama dengan relawan yang peduli terhadap keselamatan manggrove Bengkulu telah melakukan penanaman manggrove di kawasan Taman Wisata Alam (TWA) Pantai Panjang dengan luasan sekitar 3 hektare. Di wilayah pondok besi 0,2 hektare dan di wilayah Sungai Hitam sekitar 0,2 hektare.

"Meski manggrove ditanam sesuai dengan metode dan karakteristik lingkungannya, kita juga tidak bisa mengelak kemungkinan-kemungkinan buruk yang terjadi. Sehingga kemungkinan 5% dari banyak batang yang ditanam itu mati. Tetapi kita tetap lakukan penyulaman terhadap tanaman manggrove yang mati" cerita Wawan.

Dengan tegas Wawan menuturkan "Ada harapan yang besar pada pohon-pohon manggrove yang ditanam. Kita berharap beberapa tahun kedepan, pohon-pohon yang kita tanam bisa jadi investasi dalam penyerapan karbon. Bisa berkontribusi untuk menekan laju pemanasan global".

Menjaga keselamatan ekosistem manggrove tersisa serta menanam kembali pohon-pohon manggrove sama hal nya dengan merawat harapan akan pemulihan kondisi iklim. Pohon-pohon itu adalah keberlangsungan kehidupan itu sendiri. [Y21]