Menghayati Makna Hari Raya Nyepi

Budayawan Jaya Suprana/lst
Budayawan Jaya Suprana/lst

LAZIMNYA apa yang disebut sebagai Hari Raya senantiasa dirayakan secara ekstrovert alias “lebih ke luar” dengan suasana euforia riang gembira, bahkan kerap kali diiringi suara letusan petasan.

Lain halnya dengan Hari Raya Nyepi di Pulau Dewata yang bukan dirayakan secara ekstrovert, namun introvert alias “lebih ke dalam”.

Istilah menghayati Hari Raya Nyepi terasa lebih tepat sambil lebih arif ketimbang sekadar merayakan.

Hari Raya Nyepi memberi kesempatan bagi umat manusia bukan hanya di Bali untuk melakukan mawas diri sendiri setelah lebih sering melakukan mawas orang lain. Hari Raya Nyepi memberi kesempatan bagi setiap insan manusia untuk mencari kesalahan diri sendiri ketimbang mencari atau bahkan mencari-cari kesalahan orang.

Kutu di seberang lautan tampak, gajah di depan mata tak tampak.  Atau sebaliknya. Hari Raya Nyepi memberi kesempatan bagi para buzzer serta influencer baik yang berbayar maupun tidak berbayar untuk menghentikan hujat, apalagi fitnah terhadap orang lain, apalagi hanya demi mencari nafkah untuk diri sendiri.

Hari Raya Nyepi memberi kesempatan bagi para kampret, cebong, dan kadal gurun untuk menghentikan kemelut angkara murka saling membenci karena pilpres sudah lama berlalu.

Hari Raya Nyepi memberi kesempatan bagi para pelaksana pembangunan infrastruktur untuk mematuhi kehendak Presiden Jokowi serta Agenda Pembangunan Berkelanjutan sebagai pedoman pembangunan planet bumi abad XXI tanpa merusak alam dan menyengsarakan rakyat dan masyarakat adat.

Para penggusur stop memaksakan penggusuran terhadap rakyat miskin dan masyarakat adat secara sempurna melanggar hukum, HAM dan Pancasila. Hari Raya Nyepi memberi kesempatan bagi bangsa Rusia dan bangsa Ukraina untuk melakukan genjatan senjata demi menghentikan angkara murka pertumpahan darah rakyat tak berdosa.

Hari Raya Nyepi memberi kesempatan bagi seluruh umat manusia, termasuk Anda dan saya untuk mawas diri sendiri masing-masing demi membuat kehidupan bersama di marcapada ini menjadi lebih indah bukan hanya pada hari ini, namun pada setiap hari, setiap bulan, setiap tahun, setiap saat selama hayat masih dikandung badan.

Kesempatan tersedia namun selanjutnya tergantung pada kemauan setiap insan manusia untuk mendayagunakan atau memubazirkan kesempatan tersebut.

Mohon dimaafkan kedangkalan daya pikir saya dalam ikhtiar menafsirkan makna adiluhur terkandung di dalam Hari Raya Nyepi.

Om Swasyastu