Mengenal Sanggar Renaskalawi, Perawat Seni Tari di Lebong

Para pelatih, anak tari Sanggar Renaskalawi/RMOLBengkulu
Para pelatih, anak tari Sanggar Renaskalawi/RMOLBengkulu

Sanggar Tari di Desa Gandung Baru, Kecamatan Lebong Utara, Kabupaten Lebong, menjadi kelompok kesenian yang hingga kini masih diterima warga setempat dan desa di sekitarnya. Sanggar ini memiliki jumlah anggota 45 orang yang berasal dari usia dini hingga remaja.


Insan muda bernama Suci Ramada Jayanti memutuskan untuk mendirikan sanggar tari yang mereka beri nama Renaskalawi. Sosok perempuan ini menjadi sosok dibalik berdirinya sanggar yang dibentuk pada tanggal 8 November 2019 lalu.

Suci yang merupakan sarjana Pendidikan Sendratasik Prodi Tari di Universitas Negeri Padang (UNP) memang dikenal karena kemampuan tarinya yang mumpuni, terutama pada tari tradisional.

Pada beberapa kesempatan, perempuan kelahiran 25 Januari 1997 ini sering terlibat dalam pagelaran tari baik di tingkat regional maupun nasional. Semasa S1, ia juga aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Seni di kampusnya.

Bahkan saat ini, ia tengah fokus melestarikan tari seni adat rejang di sanggar yang dibentuknya tiga tahun terakhir tersebut.

Sanggar tersebut mengharuskannya untuk mendata, mengembangkan, dan memanfaatkan potensi budaya bagi kelangsungan dan perkembangan daerah tersebut.

Memang perempuan kelahiran Muara Aman ini sejak sekolah dasar telah menekuni dunia tari hingga kemudian ia beberapa kali didaulat mewakili Kabupaten Lebong dalam lomba tari yang diselenggarakan baik di tingkat provinsi maupun nasional.

Berbekal semangat ingin memberi ruang bagi anak-anak yang berbakat di bidang seni tari, Suci menginginkan anak-anak di Lebong dapat menunjukkan kebolehannya di bidang seni tari di desa setempat.

"Tujuan awalnya memang begitu. Sebelum membuka sanggar tari, saya melatih anak-anak di sekitar rumah kami. Waktu itu untuk pentas di acara 17-an. Dari situ ternyata yang ikut menari banyak,” jelasnya.

Banyaknya orang yang berminat belajar menari, menjadikan Suci berpikir mendirikan sanggar tari. Setelah berdiskusi panjang dengan Bupati Lebong, Kopli Ansori, akhirnya proposal pendirian sanggar disetujui.

Mulai tahun 2020, bangunan sanggarnya resmi dibangun dengan uang pribadi. Setelah itu, berbagai promosi gencar dilakukan dengan menggandeng Pemkab. Tak sendiri, ia ditemani seorang Sekretaris Sanggar bernama Riza Mardatillah, serta para pengiring musik tradisional.

Suci juga menyatakan bahwa ia mendirikan Renaskalawi semata-mata dengan tujuan untuk mengangkat, memelihara, dan mengembangkan kesenian dan kebudayaan daerah demi generasi ke depan.

"Saat ini ada sekitar 45 peserta yang belajar menari di sanggar Renaskalawi. Pesertanya datang tidak hanya dari Desa sekitar sanggar saja tetapi dari Desa dan Kecamatan lain," ungkap Suci, Minggu (23/10).

Pembelajaran dilaksanakan hanya tiap hari Minggu dari pukul 09.00 hingga pukul 12.00 WIB. Peserta dibagi beberapa kelas sesuai dengan kemampuannya masing-masing ada kelas dasar, menengah dan mahir.

Suci mengatakan di Sanggarnya terdapat tingkatan penari berdasarkan usia dan kemampuannya. Perbedaan tingkat itu, terdiri dari kelompok tingkat I (anak usia kelas III-V SD), tingkat II (kelas III-VI SD), dan tingkat III (SMP).

"Kelas pelatihan macam-macam. Ada tari tradisional, tari kreasi daerah, tari modern, dan masih banyak lainnya," beber Suci.

Untuk sistem manajemen sanggar sendiri para peserta les tari akan mengumpulkan uang kas tiap bulannya sebesar Rp 100 ribu. Uang itu akan digunakan untuk keperluan selama latihan. Termasuk untuk perlengkapan make-up, properti dan kostum selama ikut gelaran.

"Tapi, anak-anak sering diundang tampil pada acara resmi. Nah, disitu kita kadang uang (honor) kita putar disitu," terang Suci.

Suci dan timnya berpandangan bahwa pengembangan dan pelestarian kebudayaan dan kesenian daerah membutuhkan kerja sama dan sinergitas antar para pemangku kepentingan.

Hal ini mereka lakukan agar setiap sanggar memiliki kesempatan untuk menunjukan kreativitasnya. Oleh karena itu, hampir di setiap acara, Sanggar Renaskalawi menggaet pemerintah setempat hingga yang memiliki hajatan.

Tampak para anak Sanggar Renaskalawi saat tampil di salah satu tempat resepsi

"Job resepsi pernikahan, job kantor, dan rutinitas ulang tahun sanggar setiap tahunnya, serta juga tampil keluar daerah seperti provinsi Bengkulu baik itu panggilan atau pun lomba," sambungnya.

Menurutnya, masuk dunia tari ini bukan pertama kalinya. Berbagai prestasi ia terima. Mulai dari Juara 1 se-Kota Padang kategori melatih lomba tari anak SMA se-Kota Padang dengan karya tari kemsok benik, serta Juara 2 melatih anak2 SDN 22 fls2n se-Provinsi Bengkulu.

Tak hanya itu, pada tahun 2013 sampai 2015 lalu ia pernah menjadi penari di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Bahkan, menjadi penari Universiti Sains Malaysia (Kuala Lumpur) dalam rangka Bengkel tradisional randai. Termasuk, menjadi penata tari terbaik se-prov Bengkulu pada event tabot tahun 2018 lalu.

"Setelah satu tahun berjalan kami masih sewa gedung, setahun kemudian alhamdulillah saya nekat bangun dengan uang sendiri. Ini tahun ketiga sudah berjalan. Anggotanya bahkan sudah sampai 45 anak yang terdaftar. Kedepan mungkin bisa bertambah,” demikian Suci.