Kebijakan Presiden Joko Widodo yang menurunkan harga tes polymerase chain reaction (PCR) di bawah Rp 300 ribu menyisakan tanda tanya.
- Bengkulu Dari 19 Daerah Yang Ditegur Mendagri Karena Tahan Anggaran
- Hari Ke 2, Sebanyak 200 Peserta Ikut Tes SKD CPNS Kemenkumham Bengkulu
- Gubernur Rohidin Minta Segera Realisasikan Anggaran Penanganan Covid-19
Baca Juga
Pasalnya, harga tes PCR yang diputuskan Presiden Jokowi berbeda jauh sekali dengan awal masa pandemi di mana harganya bisa lebih dari Rp 2 juta.
Turunnya harga tes PCR itu, juga menyisakan rasa heran pada benak pengusaha nasional Mardigu Wowiek Prasantyo.
"Kalau saya sebutkan angka Rp 23 triliun, apa yang ada di benak sahabat semua?" ujar Mardigu dalam narasi video yang diunggah aku Youtube Bossman Mardigu, Selasa (9/11).
"Tetapi kalau di kepala saya, dari beberapa pengamat ekonomi angka itu adalah angka penjualan hasil mem-PCR-kan rakyat Indonesia selama pandemi," sambungnya.
Dijelaskan Mardigu, lebih dari 10 juta PCR test dilakukan kepada masyarakat saaat harganya melambung. Padahal, biasa satu alat tes PCR hanya Rp 13 ribu.
"Tes PCR oleh perusahaan yang katanya untuk rakyat (dari perusahaan) milik pejabat berkuasa, namun membuat rakyat harus membayar jutaan rupiah untuk sebuah tes yang nilainya hanya Rp 13.000," terangnya.
Dia pun tidak habis pikir, kenapa tiba-tiba harga PCR diturunkan, bahkan jauh dari harga sebelumnya.
Menurutnya, kalaupun Presiden Jokowi ingin membantu rakyat, kebijakan yang diambil harusnya membebaskan biaya alias gratis tes PCR.
"Awalnya ketinggian untung kegedean lalu di turunin dikit agar terlihat seperti pahlawan. Bos, kalau pahlawan ya gratis lah tidak usah dibayar," pungkasnya. dilansir RMOL.ID. [ogi]
- Viral, Dengar Shalawatan Bule Marahi Ustadz
- PAN: Lebih Baik Pemerintah Mencabut Rekomendasi 200 Nama Penceramah
- Kemenkuham Bengkulu Canangkan Pelayanan Publik Berbasih HAM