Kongres KLB GMNI di Medan Dapat Ancaman, GMNI Bengkulu Diminta Cepat Bentuk BKD Dan BKC

Beberapa minggu lalu, perwakilan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) cabang Bengkulu melalui Kongres Luar Biasa (KLB) GMNI yang berlangsung di Medan, pada tanggal 13-15 Septermber lalu mendapat kabar tak sedap. Hal ini diungkapkan, Yance Askomandala kepada RMOL Bengkulu, (18/9/2016).


Beberapa minggu lalu, perwakilan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) cabang Bengkulu melalui Kongres Luar Biasa (KLB) GMNI yang berlangsung di Medan, pada tanggal 13-15 Septermber lalu mendapat kabar tak sedap. Hal ini diungkapkan, Yance Askomandala kepada RMOL Bengkulu, (18/9/2016).

“KLB GMNI berhasil dilaksanakan di Hotel Candi, Medan, pada tanggal 13-15 September 2016. Pelaksanaan agenda tersebut tertunda, yang semula dijadwalkan pada tanggal 11 September 2016, sebagai akibat banyaknya teror dan ancaman secara langsung maupun via media komunikasi dari pihak yang merasa terganggu. Teror dan ancaman tersebut mulai dari ancaman pembubaran paksa, hingga ancaman fisik terhadap peserta KLB,” ungkap Yance.

Menurut Yance, KLB GMNI di Medan merupakan bentuk antitesa atas kondisi organisasi GMNI yang sedang mengalami kerusakan, jauh dari perjuangan kaum Marhaen dan terus dihegemoni oleh pihak-pihak yang memanfaatkan organisasi untuk kepentingan pribadi. Sejak Kongres GMNI XVIII yang berlangsung di Blitar tahun 2013, hingga Kongres GMNI XIX di Sikka 2015 lalu, proses berjalannya organisasi jauh dari ruang-ruang demokrasi akibat dominasi kepentingan-kepentingan tertentu. Sikap tersebut bahkan telah mejalar ke seluruh DPC-DPC GMNI se-Indonesia sebagai integrasinya.

“KLB GMNI adalah langkah maju untuk mengembalikan GMNI kepada jalan perjuangan rakyat. Beberapa keputusan sidang yang dihasilkan di antaranya, menyepakati Bung Wonder Nainggolan sebagai Ketua Presidium dan Bung Turedo Sitindaon sebagai Sekretaris Jenderal (Sekjend) untuk menahkodai perjuangan satu periode ke depan. Menetapkan nama dan logo organisasi dengan tidak ada perubahan dari yang sebelumnya, menyusun program-program yang bersentuhan langsung dengan kepentingan kaum Marhaen, dan beberapa keputusan penting dan strategis lainnya,” tambah Yance.

Tak hanya itu, Sepda Ayu WD dan Yance Askomandala selaku perwakilan kader GMNI Bengkulu yang menginginkan perubahan dan perbaikan organisasi dan mendapat mandat secara langsung dari Presidium terpilih untuk membentuk Badan Kerja Daerah (yang sebelumnya disebut sebagai Koordinator Daerah) di Provinsi Bengkulu dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Bahkan, menugaskan untuk segera membentuk Badan Kerja Cabang (yang sebelumnya disebut sebagai Dewan Pimpinan Cabang) di seluruh Kabupaten/Kota dalam wilayah Provinsi Bengkulu.

“Semoga hasil ini mengembalikan GMNI sesuai dengan harapan dan cita-cita kita sejak awal,” demikian Yance. [A11]