Keluhan Rakyat Soal Listrik Sering Dianggap Angin Lalu

RMOLBengkulu. Pemerintah diminta menindaklanjuti keluhan masyarakat tentang pengelolaan dan ketersediaan listrik.


RMOLBengkulu. Pemerintah diminta menindaklanjuti keluhan masyarakat tentang pengelolaan dan ketersediaan listrik.

Koordinator Masyarakat Peduli Listrik (MPL) Sumbawa Rusdianto Samawa mengatakan, listrik sangat mahal di Indonesia, bahkan metode token pun jadi ajang menguras keuangan warga. Ironisnya lagi di berbagai daerah, terjadi krisis tiang listrik.

Atas persoalan-persoalan kelistrikan itu, Rusdianto memandang respon sigap dari penyelenggara perlistrikan negara sangatlah lamban.

"Aspirasi masyarakat ini sering dianggap angin lalu. Misalnya, tentang seringnya listrik padam, tidak diengkos. Terkadang masyarakat mengadu dan meminta tolong lewat kenalan, rekan bahkan anggota legislatif saja," tutur Rusdianto dalam keterangannya, Kamis (12/7).

Rusdianto mencontohkan, awal Idul Fitri lalu yang diwarnai dengan matinya listrik saat khotbah. Dia pun berusaha mencari tahu mengapa listrik sering padam.

"Sejak itu belum ketemu hingga satu bulan setelah lebaran. Seolah matinya listrik setiap hari, menandakan manajemen, daya dan jaringan listrik terganggu," ujarnya.

Karena kesulitan menyampaikan persoalannya, Rusdianto lantas meminta tolong kepada salah seorang anggota DPR yakni Kurtubi untuk bisa membantu menyambungkan aspirasi masyarakat tentang seringnya listrik padam.

"Saya pun meminta tolong kepada Pak Kurtubi agar kiranya bisa menelpon direktur PLN di Sumbawa dan cabang-cabang di kecamatan,” tuturnya.

Kurtubi segera menanyakan ke General Manager PLN tingkat provinsi yang langsung direspon cepat oleh pimpinan PLN.

"Respon general managernya sangat cepat sekali dengan memerintahkan direktur PLN Sumbawa untuk berkomunikasi dengan saya sendiri, menanyakan perihal ketidaknyamanan karena seringnya listrik mati," ujar Rusdianto.

Rusdianto mengakui Hamzah selaku direktur PLN Sumbawa sangat terbuka dan perlu diapresiasi langkah antisipasinya.

"Pak Hamzah bilang ke saya bahwa timnya akan terus menelusuri dan mencari gangguan. Mereka tidak akan pulang sampai gangguannya ditemukan," jelas Rusdianto.

Rusdianto mengatakan, semestinya persoalan listrik yang sering terjadi dijelaskan secara detail kepada masyarakat. "Dan penjelasan kepada masyarakat juga mestinya logis," katanya.

Ternyata dari penelusuran juga dialog serta diskusi dengan pihak-pihak terkait, ia menemukan banyak sekali persoalan yang selama ini tidak terungkap. Misalnya, beber Rusdianto,  informasi bahwa para pekerja kelistrikan mendapat uang atau bonus melalui nomor token.

"Pas listrik padam, nilai tokennya berkurang dan kalau hidup tekanannya kuat itu biasanya langsung mengurangi juga," jelasnya.

Tak bisa dibayangkan kerugian warga apabila listrik sering padam, bahkan terkadang bisa tiga kali sehari.

Mengapa masyarakat sering mengeluh soal token yang banyak disedot dan berkurang? Apa perbedaannya dengan meteran listrik prabayar?

"Misalnya, pengisian Rp 200 ribu, tetapi yang masuk ke token sebagai daya listrik berkurang hingga 35 persen. Artinya, dari 200 ribu menjadi 173,300 pulsa tokennya," paparnya.

Dari penjelasan pihak PLN,  kata dia, hal itu terjadi karena beban listrik, pembayaran daya, hingga pemotongan token itu yang langsung masuk ke APBD, melalui nomor token sebagai identity number-nya.

"Tetapi, proses ini saya belum yakin, perlu kita tanyakan kepada ahlinya untuk menjelaskan ini," imbuh Rusdianto.

Menurut dia, BUMN perlu didorong dan meminta komitmen pemerintah untuk mengembangkan pelayanan PLN.

"Apalagi, token yang kesedot hingga 30 persen tentu membuat masyarakat semakin tinggi pemakaiannya. Tentu, semakin banyak pemakaian tentu semakin tinggi biaya pembayaran pengisian daya. Ini menjadi problem bagi masyarakat," katanya.

Ia juga sempat menanyakan ke sejumlah nelayan di sekitar Labuhan Sangur dan Labuhan Ala, Sumbawa, tentang pemakaian listrik yang sangat tinggi dan butuh biaya mahal. Karena memang nelayan butuh fisher coldstorage (pendinginan ikan) agar terjamin mutunya.

"Inilah yang perlu dipikirkan pemerintah agar pembiayaan listrik bisa menjadi murah bagi rakyat," ujarnya.

Masalah lain, sebut dia, seringnya listrik mati karena keterbatasan sumber daya manusia yang bekerja di PLN. Faktor ini perlu dipertimbangkan oleh PLN agar memperbanyak petugas untuk identifikasi masalah jaringan kabel dan tiang listrik.

"Banyak kendala-kendala teknis yang terjadi. Dan itu harus diatasi dan ditangani dengan profesional," ujarnya. dikutip Kantor Berita Politik RMOL. [ogi]