Kasus Unggas Mati Mendadak Kembali Terjadi Di Lebong

RMOLBengkulu. Kematian unggas secara mendadak di Kabupaten Lebong, terus bertambah jumlahnya. Hingga Minggu (20/9) kemarin, ada penambahan kasus ayam mati mendadak yang terdapat di Desa Sukau Rajo Kecamatan Amen.


RMOLBengkulu. Kematian unggas secara mendadak di Kabupaten Lebong, terus bertambah jumlahnya. Hingga Minggu (20/9) kemarin, ada penambahan kasus ayam mati mendadak yang terdapat di Desa Sukau Rajo Kecamatan Amen.

Seperti yang diungkapkan warga Desa Sukau Rajo Kecamatan Amen, Eton, bahwa ia menduga kematian ayam miliknya itu seperti terserang penyakit flu burung.

"Ya, kemarin 2 ekor ayam saya mati secara tiba-tiba," katanya, Minggu (20/9).

Selain itu, kasus unggas mati mendadak itu turut juga dialami warga setempat bernama Yan.

Kepada wartawan, ia mengaku, bahwa ayam miliknya juga mengalami hal serupa. Tak hanya itu, entok alias bebek milik mertuanya juga mati mendadak.

"Bebek mertua saya habis terserang penyakit plu burung," ungkapnya.

Sementara itu, Kades Sukau Rajo Heriyanto mengimbau kepada warganya jika menemukan kasus itu agar bangkai unggasnya jangan dibuang ke saluran irigasi.

Sebab, dikhawatirkan menular ke hewan ternak lainnya. Lebih jauh, ia menyarankan agar bangkai unggas itu dikubur ke dalam tanah.

"Itukan sejenis virus, kalau dibuang ke irigasi takutnya virusnya menyebar," tandasnya.

Terpisah, Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Lebong, Drh Ferdi Ferdian menyatakan, dugaan sementara pihaknya kematian unggas milik warga itu diakibatkan wabah ND (Newcastle Disease) atau penyakit tetelo.

"Memang banyak laporan unggas mati mendadak. Tapi belum bisa dipastikan flu burung. Karena untuk menentukan diagnosa itu harus menggunakan rapid test dan dikirim sampel ke laboratorium. Kalau diagnosa sementara kita itu penyakit ND," jelas Ferdi sapaan akrabnya.

Dia menjelaskan virus ND tersebut tergolong aman bagi manusia karena hanya tertular dari hewan ke hewan. Bahkan, ia memastikan akan kerap muncul pada saat perubahan musim hujan.

Sebagai pencegahan, ia mengingatkan agar para kades ataupun pemilik ternak menyampaikan laporan secara resmi ke kantornya. Hal itu sebagai dasar pihaknya menindaklanjuti kasus kematian unggas tersebut.


"Kami juga heran kenapa masyarakat tidak melaporkan. Selama ini kami dari dinas belum terima laporan. Laporan yang masuk ke kami justru dari mulut ke mulut. Kami sudah turun ke beberapa ke lokasi, tapi tidak ada warga yang melapor. Terus saat kami datang ke rumah warga yang punya unggas, ayamnya malah sudah habis," tuturnya. [tmc]