Idul Fitri Penyembuhan Bangsa

AL MAKIN
AL MAKIN

IDUL FITRI 1443 H/2022 M ini berbeda dengan tahun lalu. Idulfitri ini suasana sudah penyembuhan, healing. Penyembuhan individu juga penyembuhan masyarakat. Idulfitri tahun lalu merupakan puncak masa pegebluk.

Virus masih menyebar kemana-mana. Vaksin belum merata. Mental dan spiritual semua belum siap untuk menghadapi wabah. Berita duka bertubi tubi.

Idulfitri tahun lalu, sebagaimana juga hari besar agama lain seperti Natal, Paskah, Waisak, Nyepi, dan Imlek penuh dengan duka dan ketakutan.

Idulfitri tahun ini kita sambut lebih tenang. Lebaran ini memang saatnya berkumpul lagi dengan tanpa rasa takut, cemas, atau khawatir tertular virus. Inilah penyembuhan spiritual yang kita harapkan.

Idulfitri ini semoga sudah mendekati kegembiraan dan kebahagiaan seperti masa-masa sebelum wabah korona. Gembira di hati masing-masing lebih baik diungkap dan diformalkan. Menyimpan kegembiraan dan tidak menularkannya pada yang lain kurang afdhal.

Ramadhan ini lebih tenang. Tidak kita dengar lagi sweeping warung dan cafe, sebagaimana juga tahun lalu sepi. Tidak kita dengar larangan keras makan di jalan. Tidak kita rasakan para pemilik tenda-tenda pinggir jalan takut.

Toleransi tanpa ketakutan, dan keamanan milik bersama: yang berpuasa dan juga yang tidak berpuasa. Semua merasa menjalankan haknya masing-masing, menurut jenis iman, kadar iman, dan pilihan iman. Kita hormati semuanya. 

Suara bising jauh berkurang dua tahun terakhir ini. Idulfitri ini tetap berbeda dengan sebelum wabah virus ini. Ramadhan tahun-tahun sebelumnya selalu saja ada keluhan publik yang ditekan tentang makna puasa bagi yang tidak puasa.

Kenapa puasa harus memaksa, kebetulan iman dan ibadahnya lain, itu pertanyaan yang mengganggu kita semua.

Tampaknya atmosfir Ramadhan ini patut kita syukuri karena tidak lagi ada ketakutan para pemilik warung-warung tenda di pinggir jalan dalam melayani para pekerja keras, mereka yang tidak mampu puasa, atau iman lain.

Ramadhan tahun ini tampak tenang seperti air mengalir saja. Semoga virus memberi pelajaran bagi kita semua, yang berpuasa dan yang tidak berpuasa sama menghadapi bahaya wabah. Semua ingin keselamatan dari wabah, iman dan agama apapun yang dipeluknya.

Idulfitri ini adalah penyembuhan bagi kita semua. Secara individu, kita sudah berhasil melewati masa sulit. Secara psikis, jiwa, emosi, mental dan moral dua tahun ini kita menurun. Tahun 2022 ini kita berharap adalah masa penyembuhan dan pemulihan.

Rasa takut kita hilangkan. Rasa cemas kitab buang. Rasa khawatir kita kurangi. Merasa aman bagi individu sangat penting.

Idulfitri ini juga diharapkan penyembuhan bagi hubungan antar manusia. Sejak lebaran tahun lalu, untuk bersilaturahim saja kita tahan. Bahkan mengunjungi orang tua yang sudah manula juga, tidak semuanya, kita sabar-sabarkan hati.

Saatnya keberanian untuk memberi semangat kepada yang lain kita lakukan. Idulfitri ini adalah penyembuhan relasi antar manusia. Kunjungan kepada saudara, kawan, guru dan kerabat semoga bisa dilaksanakan. Tetapi tetap harus hati-hati dengan menjaga kesehatan pribadi dan handai tolan.

Idulfitri ini juga semoga menjadi arena penyembuhan bagi bangsa. Bangsa ini menghadapi sedikit kemacetan komunikasi. Semoga komunikasi dilancarkan kembali.

Rakyat akan memperhatikan pemimpinnya dan mentaatinya, selagi para pemimpin itu melaksanakan tugas sesuai dengan undang-undang, aturan, moral dan etika.

Rakyat akan menghormati semua pemimpin daerah, pusat, dan perwakilan mereka selama para pemimpin itu tetap amanah, jujur, adil dan mengutamakan kepentingan rakyat.

Rakyat juga harus menjaga diri dan mendukung agar para pemimpin tetap berbuat adil, jujur, dan tetap berdoa untuk bangsa dan negara. Bangsa ini tidak bisa dijalankan oleh pemimpin saja. Tidak bisa juga hanya rakyat yang menuntut terus. Tidak bisa juga kejujuran, integritas, dan bebas korupsi dilakukan satu pihak.

Semua harus berusaha untuk bersih. Rakyat harus juga menunjukkan watak dan niat yang baik. Pemimpin harus mengayomi semuanya. Pemimpin adalah milik bersama karena dipilih bersama.

Asas demokrasi ideal adalah kebersamaan. Semua dilakukan oleh rakyat, untuk rakyat, dan akan kembali ke rakyat. Rakyat yang baik akan melahirkan pemimpin yang baik. Pemimpin yang baik akan menjaga rakyat tetap baik. Hubungan itu segala arah.

Idulfitri ini saatnya berdoa semoga pemimpin dan rakyat kita tetap baik yang akan melahirkan bangsa yang baik pula.

Idulfitri ini juga penyembuhan umat manusia pada umumnya. Semua bangsa, semua suku, semua budaya, semua tradisi, yang beriman atau tidak beriman mengalami wabah.

Idulfitri ini semoga bermanfaat untuk saling memaafkan sesama yang terkena wabah. Yang selamat dan sehat, semoga dilanjutkan kehidupannya dengan penuh pemaafan.

Yang pergi semoga diampuni dosa-dosanya. Yang sakit segera disembuhkan. Semua iman, semua doa, semua mazhab, semua organisasi, semua negara menghadapi cobaan.

Semua berusaha menyembuhkan diri mereka, secara individu, masyarakat, negara, dan jamaah semua agama. 

Penulis adalah Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.