Empat Bulan Terakhir, Sudah 4 Korban Hanyut Meninggal Dan 1 Hilang Misterius

Hingga memasuki bulan April tahun 2018, tercatat empat warga Kabupaten Lebong meninggal dunia (MD) dan satu hilang misterius akibat terseret Air Bah yang tiba-tiba datang menghanyutkan korban.


Hingga memasuki bulan April tahun 2018, tercatat empat warga Kabupaten Lebong meninggal dunia (MD) dan satu hilang misterius akibat terseret Air Bah yang tiba-tiba datang menghanyutkan korban.

Dari 5 korban tersebut, terjadi di 3 lokasi kejadian yang berbeda. Seperti Broklin (10), bocah  yang masih duduk di bangku sekolah dasar asal Kecamatan Lebong Tengah, hanyut ditemukan dalam keadaan tak bernyawa di Sungai Air Nge'ai, pada tanggal 8 Februari 2018.

Kemudian, dua korban lainnya yaitu Nurina (45) dan Witoni (46) petani asal Kecamatan Lebong Selatan, diduga terpeleset saat hendak menyeberang selokan dan selanjutnya tubuh korban ditemukan dalam keadaan MD di aliran Sungai Air Karat pada tanggal 14 Februari lalu.

Selain itu, baru-baru ini balita bernama Dimar Rafael (4) asal Kelurahan Tes, Kecamatan Lebong Selatan, juga turut ditemukan tewas akibat terseret air di selokan (siring) depan rumah korban, kemarin (22/4) sore.

Sedangkan, satu korban lainnya yang belum ditemukan hingga hari ini yaitu Zamzami (40) warga Desa Pya Mbik, Kecamatan Amen. Korban dilaporkan hilang misterius setelah hanyut akibat terseret Air Bah sehabis pulang dari Tambang Emas Tradisional di wilayah Tik Aseak, Kecamatan Pinang Belapis pada tanggal 26 maret lalu.

Pelaksana tugas (plt) kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebong, Fakhrurrozi, saat dikonfirmasi membenarkan informasi tersebut. Menurutnya, wilayah Lebong ketika turun hujan rentan terjadinya longsor, pohon tumbang, dan banjir.

"Masyarakat yang berada di Wilayah Kabupaten Lebong diminta untuk ekstra hati-hati saat hujan turun. Pasalnya, belakangan ini debit air sungai maupun selokan sering mengalami kenaikan signifikan," kata Rozi kepada Rakyat Merdeka Online (RMOL) Bengkulu, Senin (23/4).

Menurut Rozi, wilayah Lebong yang memiliki beberapa sungai besar juga mayoritas mengalir ke arah pemukiman hingga sawah milik warga. "Jadi kalau ada yang tenggelam atau terseret arus bahaya langsung terseret ke tengah arus," tambah Rozi.

Tak hanya itu, besarnya pendanaan kebencanaan dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) belum menyentuh angka aman. Padahal, angka ideal seharusnya anggaran kebencanaan baik untuk penanggulangan, sosialisasi, dan pembangunan ketahanan masyarakat minimal 1% dari APBD. "Apapun bentuknya, ketika ada informasi masyarakat kita akan tetap memanfaatkan swadaya yang ada," demikian Rozi. [ogi]