7,8 Juta Perempuan di Dunia Menderita Kanker Payudara

Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat/iat
Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat/iat

Berdasarkan data dari WHO, diperkirakan terdapat 7,8 juta perempuan di dunia menderita kanker payudara dalam waktu lima tahun terakhir.


Hal ini diketahui dalam sambutan Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat saat diskusi virtual kanker payudara bertema “Bersama Melangkah, Meraih Harapan” yang diselenggarakan Cancer Information and Support Center (CISC) dalam rangka peringatan Bulan Peduli Kanker Payudara pada Oktober, Minggu (3/10).

"Dari data ini menunjukkan jika kanker payudara ini merupakan kanker paling banyak diderita di dunia," katanya.

Untuk tahun 2020, WHO mencatat ada sekitar 2,3 juta perempuan yang terdiagnosis kanker payudara dan 685 ribu kematian secara global. Dengan kondisi ini, maka melahirkan komitmen global untuk mengurangi angka kematian akibat kanker payudara global sebesar 2,5 persen per tahun hingga 2040 dengan cara meningkatkan survival rate para penderita kanker payudara.

Dalam survival rate kanker payudara sejak lima tahun, 80 persen sebagian besar di negara berpenghasilan tinggi. Sedangkan 66 persen hingga 44 persen berada di negara yang berpenghasilan lebih rendah seperti India dan Afrika Selatan. 

"Ada tiga pilar penting untuk meningkatkan survival rate ini yaitu kampanye kesehatan untuk pemeriksaan kesehatan secara berkala (health promotion), diagnosa tepat waktu untuk pencegahan dini dan pengobatan menyeluruh (timely diagnosis and comprehensive treatment), serta perawatan dan dukungan berkelanjutan (supportive care)," terangnya.

Dia juga meminta semua pihak dalam mengatasi ancaman kanker payudara, merupakan salah satu gambaran besar harapan tentang pentingnya merayakan kehidupan bagi para penderita. Rerie menjelaskan, kampanye dan edukasi masyarakat dan keluarga tentang deteksi dini serta pendekatan medis dalam pengobatan kanker, dapat menjadi bagian dari keseharian para penderita dan penyintas kanker.

"Tujuannya, untuk menekan potensi meningkatkan jumlah penderita di masa datang.Rerie menegaskan, menderita kanker bukanlah akhir dari segalanya. "Hidup ini akan lebih berarti jika pada kesempatan kedua dalam hidup para penyintas bisa bermanfaat bagi sesama,” pungkasnya.